Diterima atau ditolak?


Gue punya lingkaran diskusi rutin setiap pekan sama temen- temen, biasanya kita mulai dengan baca Al- Quran dengan tadabburnya, dilanjut dengan obrolan penting sampai hal- hal yang ga penting kadang kita obrolin juga. Haha.

“Habil dan Qabil adalah dua orang yang sama- sama berkurban, amalan yang sama dengan kualitas yang berbeda, dan tentunya Allah akan menerima amalan dengan kualitas terbaik.” Ujar salah satu temen gue ketika sedang tadabbur surat Al- Maidah: 27. Karena saat itu diskusi dilakukan secara online, akhirnya memaksa gue untuk memasang telinga lebih tajam dari biasanya, walaupun terkadang koneksi putus nyambung yang penting ukhuwah ga pernah putus. Hilih.

Seketika, gue inget kisah dua hamba generasi awal ini, adalah Habil seorang peternak yang ketika diminta untuk berkurban, ia menghadirkan hewan ternaknya dengan kualitas terbaik; berupa kambing yang paling gemuk, bahkan dirinya pun ingin menikmatinya. Dan adalah Qabil seorang petani yang ketika diminta untuk berkurban, ia menghadirkan hasil panennya dengan kualitas terburuk, bahkan dirinya pun enggan untuk menikmatinya.

(Source: https://tafsirq.com/5-al-maidah/ayat-27)

“Permasalahannya, bukan lagi antara dilakukan atau tidak dilakukan, melainkan bagaimana kualitas amalan yang telah dilakukan.” Lanjut temen gue tadi menjelaskan. Jujur, gue merasa tertampar dengan pernyataanya, singkat, padat, menusuk hati.

Gue berpikir, jikalau sholat hanya dijadikan sebagai ritual harian, saat takbir diucapkan, saat itu juga segala pikiran dunia masuk kedalam pikiran, lupa sudah rakaat keberapa, bahkan lupa apa yang harusnya dibaca. Na’udzubillah
1- 10 bagaimanakah kualitas sholat yang seperti itu?

Atau mungkin barangkali ada yang tertipu dengan kuantitas dan akhirnya mengabaikan kualitas. Misalnya ada seorang yang rajin berpuasa sunnah, tapi pada saat ia berpuasa yang wajib jadi terabaikan. Apakah puasa yang seperti itu berkualitas?

إنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللهُ مِنَ المُتَّقِينَ

“Sesungguhya Allah hanya akan menerima (amalan) dari orang- orang yang bertakwa.” Q.S Al- Maidah: 27

Begitulah akhir ayat yang ditadabburi temen gue. Lagi- lagi takwa menjadi kuncinya, maka jangan sampai lupa untuk senantiasa dijaga. Oh iya, ada dua syarat agar amalan diterima; ikhlas dan juga sesuai tuntunan kanjeng Nabi Muhammad SAW. Dan jangan lupa berdoa agar diterima, bahkan sekelas Nabi Ibrahim pun doa juga loh agar amalannya diterima. Lah, situ siapa pura- pura ga butuh doa?

Terlihat kakak adik yang sedang memberi makan burung. Semoga amalannya diterima! Istanbul, Turki (9/1/20)

Ditolaknya lamaran memang menyedihkan, tapi ada yang jauh lebih menyedihkan dari itu. Apa? Ditolaknya amalan!

Semoga kita menjadi hamba yang senantiasa menjaga kualitas dan kuantitas amalan.

"Ya Allah terimalah amalan- amalan kami, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui". Amin.

Comments

Popular Posts